Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) di sebut-sebut
sebagai organisasi pencetak kader bangsa, representasi budaya bangsa Indonesia,
karena dari awal berdirinya nama organisasi ini adalah Himpunan Mahasiswa
Islam, terlihat secara tersirat tafsir nama organisasi ini tanpa embel-embel
aliran atau mahzab islam tertentu,
misalnya Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah (IMM) secara langsung dari nama
organisasi mengisyaratkan bahwa organisasi ini adalah khusus dii tujukan kepada
mahasiswa islam yang bermahzab Muhamadiyah. Dalam HMI apapun mahzabnya yang
terpenting adalah landasan tauhid seorang mahasiswa islam sesuai dengan
ideologi organisasi yaitu Nilai-Nilai Dasar Perjuangan. Hal ini juga tercantum
dalam anggaran dasar HMI yaitu pada
pasal 3 dan 6, sehingga secara formal konstitusi juga sudah di gariskan bahwa
HMI adalah organisasi Independen.
Independensi
HMI juga menjelaskan kepada kita bahwa HMI tidak condong kepada aliran atau
golongan tertentu, sehingga HMI bisa menerima anggota dari kalangan mahasiswa
islam manapun apapun mahzabnya sesuai dengan landasan tauhid itu sendiri.
Kemudian,
HMI juga sebagai reperesentasi bangsa Indonesia karena dari organisasi ini
muncul tokoh-tokoh yang berperan dalam kehidupan bangsa Indonesia. Akademisi,
teknokrat, politisi, birokrat, staff
ahli dan lain sebagainya. Mereka muncul dari organisasi mahasiswa tertua
dan terbesar di Indonesia karena sistem perkaderan yang sistematis di HMI
Sejarah
mencatat HMI mampu tetap eksis ditengah konflik baik konflik internal
organisasi maupun konflik eksternal bangsa yang menyangkut nama HMI itu
sendiri. Banyak juga organisasi yang berdiri lebih dulu dari HMI kemudia
membubarkan diri. Apa yang menyebabkan HMI bisa bertahan sampai sekarang ini
kemudian menjadi representasi bangsa ? jawabannya karena sistem perkaderan yang
terus menerus. HMI terus melakukan aktivitas organisasinya berdasarkan prinsip
kaderisasi yang menonjol di banding dengan organisasi lain. Di HMI semua
anggotanya adalah kader yang terus di bina sesuai dengan sistem kaderisasi untk
mencapai tujuan nya yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi
Allah SWT seperti tercantum dalam pasal 4 anggaran dasar organisasi.
Munculnya
kritik yang membangun terhadap HMI akhir-akhir ini semacam senioritas HMI yang
mengancam kaderisasi, HMI dekat dengan budaya politik pragmatis sehingga
menjauhkan kader HMI dari masyarakat dan masjid-masjid kampus, serta image
alumninya yang bermain dalam ranah
politk praktis yang kotor, terlibat korupsi misalnya, termasuk gaya HMI conections dalam berbagai lembaga
pemerintah atau non pemerintah yang mengundang intrik serta kritik tajam
terhadap sistem perkaderan HMI.
Logika
yang muncul adalah, sistem perkaderan yang baik akan menghasilkan kader yang
baik dan sebaliknya, dimulai dari basic
training dalam tingkatan komisariat. Sehingga kita perlu menelaah kembali
sistem perkaderan di HMI ini walaupun sebenarnya sudah di gariskan oleh Badan
Pengelola Latihan (BPL) dalam pedoman perkaderan HMI, tetapi filosifi memaknai
perkaderan itu sendiri spertinya harus di rekonstruksi kembali.
Comments
Post a Comment