Dalam Hyppolitus, contra omnes haereses, 17
Anaximenes, berasal dari miletos,
anak Euristrates, mengtakan bahwa yang menjadi prinsip adalah udara yang tak
terbatas. Dari situ muncul segala sesuatunya, segalanya yang lahir /muncul,
tuhan-tuhan dan hal-hal ilahi, sementara hal-hal lainnya baru akan muncul
setelahnya.
Cicero dalam, De natura deorum/tentang kodrat para dewa/tuhan
Kemudian, Anaximenes menyatakan bahwa
udara itu adalah tuhan, bahwa ia diturunkan luar biasa besar, tak terbatas, dan
selalu bergerak (post A aera deum statuit
eumque gigni esseque immenseum et infinitum et simper in motu) seolah-olah
udara itu bias menjadi tuhan tanpa ia sendiri memiliki bentuk apapun padahal
tuhan itu bukan hanya harus berbentuk tetapi memiliki bentuk yang paling indah
dari segalanya dan seolah-olah semua yang lahir tidak akan mati
Augustinus, De civitate dei/Tentang kota Tuhan
Dia (Anaximandros) meninggalkan murid
dan pengganti bernama Anaximenes yang menarik kepada udara sebagai asal dari
segala hal, tanpa menyatakan menolak atau berdiam diri tentang para Tuhan. Ia percaya
bahwa bukannya udara yang diturunkan oleh tuhan, malah sebaliknya para Tuhan
yang muncul dari udara.
Comments
Post a Comment