Data Buku :
Judul :
Menjadi Manusia Belajar Dari Aristoteles
Penerbit/Tahun : Kanisius/2009
Hal :
68 Halaman
Pengarang :
Frans Magnis Suseno
Keikeegard
filsuf Denmark mencoba mencari manusia yang otentik, seperti juga F. Nietszhe
berusaha menjadi manusia yang sebenarnya, manusia yang bebas. Tetapi sebelum
mereka, filsuf Yunani yang biasa kita kenal yaitu Aristoteles sudah lebih dulu
mengemukakan kita sering menjumpai manusia yang bengkok, miring, berat sebelah
dibilang aneh atau setengah lumpuh. Aristoteles mencari manusia yang utuh atau
menawarkan jalan menjadi manusia yang utuh.
Buku ini lebih
banyak bersumber dari etika Nikomacheia nya Aristoteles yang di kenal sebagai
sumber filsafat etikanya. Bagi Aristoteles kita harus tahu terlebih dulu tujuan
kita sebagai manusia agar hidup kita terarah, dan setiap tindakan manusia
apapun itu pasti mempunyai nilai yang juga menjadi tujuan dari tindakannya tersebut.
Kemudian
Aristoteles sampai pada kesimpulan tujuan hidup manusia adalah menjadi bahagia.
Jadi, bahagia seperti apa yang di maksud Aristoteles ? kata bahagia dalam
filsafat Yunani mengingatkan kita kepada Epikuros dengan prinsip yang masuk
akal dan sangat sederhana yaitu “ kejarlah kenikmatan yang sebanyak banyaknya
dan hindari penderitaan sejauh jauhnya”
Bagi Aristoteles
gaya hidup Epikurean tersebut seperti hewan ternak dan tidak akan pantas bagi
manusia. Dengan demikian, prinsip kebahagian Epikuros justru membuat manusia
tidak bisa bahagia. Aristoteles
menawarkan jalan menuju kebahagiaan yaitu, filsafat dan politik.
Filsafat membuat
manusia menjadi dirinya sendiri dan dengan begitulah manusia menemukan
kebahagiaan dan tidak terasing atau tenggelam dengan bahagia yang semu. Manusia
yang bijak mengerti tentang etika moral yang membuatnya menjadi lebih menikmati
hidup. Akan tetapi manusia yang bijak juga tidak bisa hidup sendiri, dia
bahagia dalam status sosialnya. Sehingga dalam buku ini terdapat penjelasan
tentang persahabatan antar manusia dan bagaimana seharusnya manusia bersahabat.
Identitas sosial
manusia membuatnya harus tergabung dalam masyarakat sosial sehingga politik
harusnya menjadi kesehariannya. Frans Magnis Suseno bertanya dalam buku ini,
bagaimana politik bisa menjadi kebahagiaan manusia padahal sedikit dari manusia
yang benar benar berpolitik ? yang kemudian penjelasannya sampai kepada manusia
yang utama atau manusia yang utuh yang didapat dari pembiasaan kepada etika
etika yang baik. Manusia yang utuh adalah manusia yang membiasakan dirinya,
menempa dirinya untuk terus berbuat sesuatu dengan etika yang baik.
Comments
Post a Comment