Heidegger lahir di Freiburg de Bresgau pada 26 Desember 1889 dari keluarga Khatolik yang saleh, ayahnya adalah seorang koster gereja. Dalam pendidikannya banyak di bantu oleh gereja, sempat belajar di gymnasium, belajar teologi dan pernah di biara jesuit [1], sebelum akhirnya memutuskan untuk benar benar keluar dari sistem gereja[2].
Keputusannya
menjadi scandal sebab pendidikan Heidegger masih tetap di biayai oleh gereja
Khatolik dan scandalnya yang kedua adalah keterlibatannya dengan nasional
demokratis Jerman saat itu yaitu NAZI dan sang Fuhrer , Hitler[3].
Heidegger seperti Immanuel Kant lebih suka kesunyian dan berpikir sehingga
memilih tinggal di sebuah desa yang sepi[4].
Berbeda dengan
Wilhelm Dilthey dan Scheileimacher, Filsafat Heidegger bertanya tentang “Ada”,
Ia bertanya mengapa seusatu itu harus ada ? dan apa itu ada ? tetapi sebelum
membahas tentang apa itu ada, kita harus mencarinya dengan bertanya tentang
mahluk yang bertanya tentang “ Ada “ itu sendiri, dan itu adalah manusia[5],
hal ini menarik karena bagi Heidegger kita semua tahu kita ada tapi tidak ada
yang tahu mengapa dan untuk apa kita ada ?
Kesadaran
tentang “ada” adalah “ada” yang di tafsirkan atau yang sudah di konstruksikan
oleh manusia, jadi yang dimaksud dengan “ada” itu sendiri pada dasarnya menjadi
absurd atau dualitas, semacam “ada yang dimiliki”. Padahal ada itu haruslah
kita alami sebagai kesadaran, ada secara sadar, hal ini yang dinamakan dasein
oleh Heidegger.
Ada dengan
sendirinya mengingatkan kita kepada Edmud Husserl tentang Fenomenologi[6].
Apa yang kita maksud dengan ada sesungguhnya adalah prasangka prasangka yang di
impulskan dalam objek sehingga jika kita ingin mengetahui ada itu sendiri harus
dengan mengatasi jarak antara subjek dan objek. “ada” sebelum di kotomi menjadi objek dan
subjek, sesuatu yang tidak bisa diwakilkan.
[1] Walaupun
hanya beberapa hari, Heidegger kemudian keluar dari seminari dan beralih ke
Universitas Freiburg
[2] Ini
tidak secara otomatis Heidegger menjadi atheis, yang di masud keluar dari
gereja adalah keluar dari system gereja yang mungkin mempengaruhi sistem
filsafatnya tentang “ada”. Heidegger tetap percaya pada iman kristiani, pada
suatu saat muridnya pernah menangkap basah Heidegger sedang berdoa, kemudian
terkejut dan bertanya mengapa ia berdoa ? Heidegger menjawab “kadang mengingat
masa lalu itu penting”, mungkin yang di maksud dengan jawaban itu adalah
pengahayatan ide tentang masa lalu ala Plato
[3] Anna
Arens, perempuan yang menjadi teman dekat Heidegger yang sebenarnya adalah
mahasiswinya menyesalkan keterlibatan dengan NAZI, tapi Heidegger diam saja
menanggapi keberatan Anna. Keterlibatan dengan Nazi menjadi masalah serius yang
diperbincankan oleh para filsuf, Levinas misalnya menyatakan bahwa tindakan
Heidegger sulit untuk di maafkan, hubungannya dengan Husserl, seorang pendiri
fenomenologi yang banyak menginspirasi Heidegger memburuk, dan saat Husserl
meninggal Heidegger tidak hadir. Sebagai tambahan Karl Jasperz seorang filsuf
yang tadinya kolega Heidegger di Universitas Freiburg harus di pecat karena
menolak NAZI
[4] Filsafat
Heidegger juga suka menggunakan bahasa Jerman yang tidak lagi di pakai secara
umum, beberapa komentar menyebutkan hal ini karena bahasa yang digunakannya
adalah bahasa desa, bahasa petani. Tetapi Heidegger membela diri dengan mengatakan
bahwa bahasa yang ada tidak bisa mewakili filsafatnya, sehingga dia sering
menambah istilah baru atau bahasa ibu nya, kadang bahasa jerman kuno.
[5] Manusia
yang kemudian disebut dasein oleh Heidegger berbeda dengan hewan atau tumbuhan,
hewan tidak pernah mempertanyakan tentang “ada”
[6] Memang
heidegger mengambil istilah itu dari Husserl, Profesor di Universitas Freiburg
yang sangat dia kagumi
Comments
Post a Comment