Bagi para pebisnis, menerima komplain adalah hal yang pasti
terjadi. Biasanya komplain terjadi karena ada ketidakpuasan pelanggan, baik
karena keterlambatan maupun kualitas produk atau jasa. Namun, terkadang ketika
menerima komplain dari pelanggan, kita merasa jengkel. Akhirnya sering
mengabaikannya. Padahal itu adalah bukti masih ada rasa cinta dari pelanggan.
Sebelumnya kita harus mengetahui alasan kenapa ada pelanggan
yang tidak menyampaikan komplain kepada kita, padahal ada kekecewaan yang
tercipta. Agar ketika ada pelanggan yang memberikan tanda cinta dengan cara
komplain, kita bisa membalasnya sepenuh asa perbaikan dalam rangka menjaga
kepercayaan.
Pertama, kekecewaan yang tercipta dirasa relatif tidak
penting dan bisa ditangani sendiri oleh pelanggan.
Kedua, Pelanggan yakin perusahaan tidak akan melakukan apa
pun atas masalah yang mereka alami. Jadi dari pada bertepuk sebelah tangan,
lebih baik tidak mengutarakan komplain. Kemungkinan besar, pelanggan seperti
ini akan pindah ke produk lain.
Ketiga, pelanggan tidak tahu bagaimana caranya menghubungi perusahaan
untuk menyampaikan perasaannya. Akhirnya komplain dipendam sendiri.
Keempat, pelanggan tidak tahu harus menyampaikan komplain kepada
siapa. Manager atau frontline?
Pelayanan atau pemasaran? Bahkan terkadang dibuat bingung oleh aturan yang ada.
Kelima, pelanggan tidak komplain karena lebih memilih orang
lain untuk menyelesaikan masalahnya. Komplain seharusnya ditangani dengan cepat
dan diselesaikan dengan solusi yang menyenangkan. Kita harus sadar bahwa pelanggan
yang menyampaikan komplain adalah pelanggan yang masih baik, karena minimal mereka
masih menjadi pelanggan kita.
Dengan menangani komplain dengan baik, berarti kita sudah
membalas rasa cinta pelanggan kepada merek. Jangan lupa juga untuk merekam
keluhan pelanggan pada database,
tentunya sebelum itu kita harus membuat dan mendapatkan database pelanggan.
Selain komplain, ada hal yang cukup penting untuk merek
penuhi, yaitu harapan. Harapan adalah hal yang harus dipenuhi untuk menciptakan
kepuasan pelanggan. Karena itu perlu untuk mengetahui harapan dari pelanggan
yang kita layani. Hal tersebut agar tidak terlalu sulit untuk memberikan
kepuasan yang optimal.
Harapan pelanggan mempunyai banyak faktor, tapi yang bisa
kita kontrol adalah janji yang kita berikan. Contoh menarik dari British Airways
yang mempunyai aturan tertulis bahwa pilot atau awak pesawat tidak boleh over-promise. Bila saat pewasat akan
mendarat, mereka tidak boleh mengumumkan lama pesawat akan mendarat sesuai
dengan yang terlihat di monitor ruang
pilot. Mereka diminta untuk memberikan tambahan waktu.
Penumpang jauh akan lebih puas bila crew pesawat mengumumkan bahwa pesawat akan mendarat 25 menit lagi
dan kenyataannya, pesawat mendarat 20 menit setelah pengumuman. Ada dua cara
untuk manajemen menyikapi harapan pelanggan.
Pertama, perusahaan harus tetap mengejar harapan pelanggan
dengan cara memberikan value produk
yang sesuai. Kedua, hindari sikap over-promise.
Seringkali yang bersikap over-promise adalah karyawan di bagian
penjualan. Kita harus harus hati-hati dalam memilih tenaga penjual.
Janji harus realistis. Sebelum memberi janji melalui iklan,
kita perlu mengevaluasi kemampuannya untuk memenuhi janji yang tertuang dalam
iklan. Kita harus hati-hati, pelanggan yang telah mencoba suatu produk dan
kemudian kecewa adalah kelompok pelanggan yang jauh lebih sulit untuk
diyakinkan.
Jangan sampai mengancurkan harapan pelanggan dengan over-promise. Karena ketika harapannya
hancur, bila masih cinta, pelanggan akan melakukan komplain. Jika komplain
tertangani dengan baik, maka pelanggan bisa tetap terus cinta. Tapi bila kecewa
dan tidak komplain, kemungkinan besar pelanggan akan berpindah ke merek yang
lain.
Usaha untuk menjaga harapan dan menangani komplain dengan
baik tujuannya agar cinta pelanggan tidak bertepuk sebelah tangan sehingga
pelanggan bisa menjadi cinta mati. Seperti kata hermawan kartajaya “Pelanggan
yang telah cinta mati untuk kita akan bersedia menjadi marketing Evangelist bagi produk atau jasa kita”.
Comments
Post a Comment