Abu Yazid al-Bustami (w.874M)

Di seluruh dunia dan dalam tradisi kepercayaan besar, laki-laki dan perempuan yang telah mengalami perjalanan batin mampu mengembangkan teknik-teknik tertentu yang memungkinkan alam bawah sadar secara lebih mendalam dan mengalami kehadiran yang lebih hakiki. Kaum sufi belajar memusatkan kekuatan mental mereka dengan menarik nafas dalam-dalam dan dilakukan secara berirama. Mereka berpuasa, melakukan shalat malam dan melantunkan nama-nama mulia Tuhan sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran sebagai mantra.
Kadang-kadang kegiatan tersebut menimbulkan ektase yang tiak terkendali dan para mistikus (sufi) yang menjalankannya disebut “sufi mabuk”. Salah satunya yang paling awal adalah Abu Yazid al – Bistami (w 874M), yang memanggil-manggil Allah layaknya seorang kekasih. Abu Yazid juga mempelajari disiplin fana (pelenyapan diri) dengan menanggalkan lapisan-lapisan egotisme(yang menurut penulis spriritual dapat menghalangi diri kita dalam mengalami Yang Ilahi) secara bertahap. Al-Bistami menemukan diri yang lebih tinggi dalam keberadaan dirinya, saat tidak ada yang lain selain Allah sendiri yang berkata kepadanya “Aku melalui Mu ; tidak ada Tuhan kecuali Engkau”. Pengucapan kembali syahadat yang lebih dasyat  ini mengungkapkan kebenaran yang lebih kuat yang dapat ditemukan para mistikus dalam pelbagai tradisi kepercayaan. Syahadat menyatakan bahwa tidak ada Tuhan , tidak ada realitas kecualiAllah, sehingga benar bahwa taktala diri “lenyap” karena perwujudan islam (kepasrahan diri) yang paripurna, semua manusia dapat menjadi yang ilahi. Husain al Mansur juga dikenal dengan Al Hallaj atau (wool-Carder) pernah memberikan pernyataan serupa “Ana al-haqq”  (“Akulah Sang Kebenaran” atau “Akulah Yang Sejati”), kendati oleh berbagai ilmuan hal itu diartikan sebagai “Aku menyaksikan kebenaran”.
Dikutip : Karen Armstrong, Islam : Sejarah Singkat hal 90

Comments