Relevansi Prinsip-prinsip Penalaran Terhadap Konsep Ketuhanan


Sebuah Makalah untuk E.C filsafat STF Driyarkara-Jakarta
Prima Principia merupakan konsep logika
Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena logikamerupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan: Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runut sehingga dapat dilacak kembali sekaligus benar. Dalam Logika selanjutnya di kenal dengan yang di maksud prinsip-prinsip penalaran (prima principia).
Prinsip-prinsip Penalaran
Prinsip-prinsip penalaran atau aksioma penalaran merupakan dasar semua penalaran yang terdiri atas tiga prinsip yang kemudian penulis tambahkan satu lagi prinsip sebagai pelengkap. Aksioma atau prinsip dasar dapat didefinisikan : “suatu pernyataan mengandung kebenaran universal yang kebenaranya  itu sudah terbukti dengan sendirinya”. Prinsip-prinsip penalaran yang dimaksud adalah : “prinsip identitas, nonkontradiksi dan exclusii tertii dan sebagai pelengkap yaitu prinsip cukup alasan(causalitas).
Prinsip identitas menyatakan “sesuatu hal adalah sama dengan halnya sendiri” Sesuatu yang disebut p maka sama dengan p yang dinyatakan itu sendiri bukan yang lain. Dalam suatu penalaran jika sesuatu itu diartikan sesuatu p tertentu maka selama penalaran itu masih berlangsung tidak boleh diartikan selain p, harus tetap sama dengan arti yang diberikan semula atau konsisten. Prinsip identitas menuntut sifat yang konsisten. Prinsip identitas menuntut sifat yang konsisten dalam suatu penalaran jika suatu himpunan beranggotakan sesuatu maka sampai kapanpun tetap himpunan tersebut beranggotakan sesuatu tersebut.
Prinsip nonkontradiksi menyatakan “sesuatu tidak mungkin merupakan hal dan bukan hal tertentu dalam suatu kesatuan”, prinsip in menyatakan juga bahwa dua sifat yang berlawanan penuh (secara mutlak) tidak mungkin ada pada suatu benda dalam waktu dan tempat yang sama. Dalam penalaran himpunan prinsip nonkontradiksi sangat penting, yang dinyatakan bahwa sesuatu hal hanyalah menjadi anggota himpunan tertentu atau bukan anggota himpunan tersebut, tidak dapat menjadi anggota 2 himpunan yang berlawanan penuh. Prinsip nonkontradiksi memperkuat prinsip identitas, yaitu dalam sifat yang konsisten tidak ada kontradiksi di dalamnya.
Prinsip eklusii tertii menyatakan bahwa “sesuatu jika dinyatakan sebagai hal tertentu atau bukan hal tertentu maka tidak ada kemungkinan ketiga yang merupakan jalan tengah” . Prinsip ini menyatakan juga bahwa dua sifat yang berlawanan penuh (secara mutlak) tidak mungkin kedua-duanya dimiliki oleh suatu benda, mestilah hanya salah satunya yang dapat dimilikinya sifat p atau non p. Demikian juga dalam penalaran himpunan dinyatakan bahwa diantara dua himpunan yang berbalikan tidak ada suatu anggota berada diantaranya, tidak mungkin ada suatu diantara himpunan H dan himpunan non H sekaligus. Prinsipketiga ini memperkuat prinsip identitas dan prinsip nonkontradiksi, yaitu dalam sifat yang konsisten tidak ada kontradiksi didalamnya dan jika ada kontradiksi maka tidak ada sesuatu diantaranya sehingga hanyalah salah satu yang diterima.
Prinsip cukup alasan menyatakan “suatu perubahan yang terjadi pada suatu hal tertentu mestilah berdasarkan alasan yang cukup, tidak mungkin tiba-tiba berubah tanpa sebab-sebab yang mencukupi”. Prinsip ini dinyatakan tambahan bagi prinsip identitas karena secara tidak langsung menyatakan bahwa sesuatu benda mestilah tetap tidak berubah, tetap sebagaimana benda itu sendiri jika suatu perubahan maka perubahan itu mestilah ada sesuatu yang mendahuluinya sebagai penyebab perubahan itu.
Relevansi Prima Principia Dalam Penalaran Konsep Ketuhanan
Manusia adalah makhluk percaya,oleh karena itu manusia kemudian bisa berpikir. Percaya bahwa kita eksis di dunia, percaya bahwa kita butuh makanan dan meyakini makanan yang kita konsumsi adalah baik untuk tubuh kita. Sistem kepercayaan kita kemudian menuju keyakinan yang dipercaya termasuk keyakinan manusia terhadap Sang Maha yang lazim disebut Tuhan.
 Selanjutnya bagaiana kita meyakini bahwa yang kita percayai itu adalah sebuah kebenaran ? manusia dengan memaksimalkan akal budinya tentu bisa menganalisa untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tapi, manusia adalah makhluk terbatas, oleh karena itu manusia adalah makhluk yang tergantung (manusia adalah makhluk sosial), terbatas oleh ruang dan waktu yag berimplikasi terhadap kepercayaan kita tentang kehidupan yang tidak kekal.
Oleh karena manusia itu terbatas, tergantung dan tidak abadi maka,manusia membutuhkan ketergantungan terhadap yang tidak terbatas, tidak tergantung dan yang abadi. Sebab saling ketergantungan terhadap yang terbatas membuat hidup hampa makna jika dikaitkan dengan pertanyaan darimana kehidupan berasal ? atau apa tujuan hidup ? bearti tujuan hidup kita adalah untuk saling tergantung terhadap yang terbatas, tetapi tidak menjawab darimana kehidupan berasal? Kecuali harus ada identitas yang berbeda dari sifat manusia yang menjadi awal kehidupan. Karena identitas ini harus ada (wajib ada) dan berbeda dengan manusia, merupakan konsekuensi logis identiras ini haruslah yang tidak terbatas, tidak tergantung dan mesti abadi. Identits inilah yang disebut Tuhan. Konsep ini sejalan dengan penalaran prima principia pada prinsip identitas dan prinsipnonkontradiksi.
Karena Tuhan (pencipta) itu suatu keniscayaan yang mesti ada dan sifatnya harus berbeda dari manusia atau makhluk lainnya (ciptaan) oleh karena itu Tuha disebut Maha. Jika Tuhan itu berbeda identitas dengan makhlukNya bahkan berkuasa atas makhlukNya tersebut adalah sangat mustahil jika Tuhan sebagai Pencipta sekaligus sebagai ciptaan, karena pastilah berlawanan dengan prinsip exclusii tertii .
Jika ada kepastian tentang suatu Yang Maha yang lebih  kuasa darikita sebagai ciptaan, bearti sebuah kemutlakan untuk tunduk dan pasrah terhadap segala ke Maha an Nya. Sesuatu Yang Maha ini bearti bisa melakukan segalanya, sehingga selaras dengan prinsip identitas tidak akan ada yang sama dengan diriNya. Adalah analisa logis jika alam semsta yang terbatas berasal dari awal yang tidak terbatas, sebab Yang terbatas tidak akan pernah bisa melakukan sesuatu diluar keterbatasannya. Disinilah berlaku hukum causalitas yaitu, akibat tergantung mutlak kepada sebab. Dengan demikian, kita manusia dan alam semesta adalah akibat dari pencipta yang tanpa sebab (prima causa).
Maka Tuhan berkuasa atas ciptaanNya dengan telah menetapkan segala sesuatunya sehingga tercukupi sebab terjadinya suatu peristiwa berdasarkan ukuran-ukuran. Pencipta Yang Sempurna pastilah menciptakan sesuatu yang sempurna sejalan dengan prinsip causalitas tetapi tentu saja kesempurnaan tuhan berbeda dengan kesempurnaan ciptaan, oleh karena itu tidak akan pernah ada Pencipta atau ciptaan mempunyai dua identitas sekaligus yaitu sebagai ciptaan dan juga sebagai ciptaan dalam satu dimensi). Sehingga dapat disimpulkan bahwa agama / kepercayaan yang monotheis adalah analisa yang logis.  

Comments