RELEVANSI ETIKA LINGKUNGAN HIDUP HANS JONAS



Kemajuan tehnologi industri pada abad-19 sampai sekarang, telah menggantikan peran manusia dengan mesin termasuk dalam mengekplorasi alam untuk kepentingan manusia. Kemajuan industrialisasi dan teknologi di satu sisi membawa kemudahan dan kenyamanan, sekaligus di sisi lain membawa efek samping yang merusak lingkungan hidup.Lantas keadaan jadi tidak seimbang karena  “kekalahan” jelas harus ditanggung oleh alam. Adalah Hans Jonas  ( 1903 – 1993 , filsuf Jerman keturunan Yahudi, mengungsi ke Amerika Serikat saat NAZI berkuasa ) yang menulis Prinzip Verantwortung ( Prinsip Tanggung Jawab , 1979 ).

Buku Prinzip Verantwortung ( Prinsip Tanggung Jawab ) pada tahun 1979 adalah karya termasyhur Hans Jonas yang menghangatkan kembali berbagai diskusi dan perdebatan tentang diskusi sekitar etika tanggung jawab di penghujung tahun 1970-an. Jonas mengkritisi kemajuan tehnik-industri yang mengekplorasi alam yang justru menyerang balik terhadap eksistensi manusia.

Hans Jonas dalam Prinzip Verantwortung, menekankan adanya suatu prinsip tanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Tanggung jawab terhadap apa ? bagi Hans Jonas tanggung jawab tidak hanya untuk eksistensi manusia ( dasein ) tetapi juga kelangsungan keberadaan manusia ( Sosien ), sehingga mencangkup juga tanggung jawab terhadap masa depan dari apa yang kita lakukan pada masa sekarang. Tetapi masa depan sebenarnya adalah “mungkin ada” walaupun tergantung dari masa sekarang, mungkin ada juga berarti “belum ada”,bagaimana bertanggung jawab terhadap sesuatu yang absurd, sesuatu yang belum ada ? Hans Jonas memberi solusi tentang dilema ini dengan apa yang dia sebut sebagai in dubio pro malo ( dalam keraguan, menerima, artinya memprioritaskan yang buruk ), dengan in dubio pro malo maka kita dapat memprediksi kemungkinan terburuk dari apa yang kita lakukan sekarang. Maksudnya jika kemungkinan masa depan kelihatan amat tidak jelas dan meragukan, entah suram atau cerah, maka kemungkinan yang buruk perlu mendapatkan perhatian yang seksama.


Tetapi dalam pemikiran Hans Jonas tanggung jawab berelasi dengan kekuasaan, karena hanya berkuasa terhadap sesuatu yang bisa bertanggung jawab terhadap sesuatu tersebut. Tanggung jawab itu sendiri menurut Jonas harus bersifat total dan menyeluruh. Inti dari etika tanggung jawab adalah korelasi antara kekuasaan dan tanggung jawab, sehingga ajaran tentang tanggung jawabnya Jonas bersifat politik

 Dengan prediksi masa depan Hans Jonas, saya berkesimpulan, kita bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi di masa depan terutama menyangkut dengan eksistensi (being). Eksistensi yang di maksud adalah eksistensi semua nya (for all). Saya kemudian jadi teringat dengan beberapa forum kajian tidak formal bersama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang membahas tentang konsep khalifah yang juga sering di kaitkan dengan Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP HMI) Bab II. Persis sama dengan penafsiran pribadi terhadap ayat suci umat Yahudi tentang eksistensi manusia[1] . Manusia kata Al Quran adalah khalifah karena statusnya sebagai mahluk yang sempurna dari semua ciptaan Tuhan, bahkan malaikat pun sempat bertanya kepada Tuhan sendiri tentang status khalifah manusia ini. Dengan demikian manusia diserahi tanggung jawab untuk mengelola bumi beserta isinya yang nantinya dipertanggung jawabkan di akherat (eskatologi).

Masa depan tergantung dengan apa yang terjadi dengan apa yang kita perbuat dalam masa sekarang. Hans Jonas mungkin bertendensi kepada politik karena political will atau kekuasaan politik yang ada pada penguasa yang berwewenang untuk mengatur keadaan hari ini yang tentu berdampak terhadap kejadian masa depan. Tetapi bagi saya karena sistem pemerintahan dan politik modern yang dianut oleh dunia globalisasi etika keutamaan Hans Jonas juga membuat kita merenung secara personal, tentang apa yang kita perbuat hari ini. Ya Islam mengajarkan kepada kita bahwa perbuatan sekecil apapun tidak akan pernah luput dari perhitungan Allah. Lebih tepatnya mungkin perhitungan azab Allah. Tetapi Hans Jonas membuat saya lebih merenung ke dalam tentang tanggung jawab kita terhadap masa depan, terhadap anak cucu kita nanti, generasi masa depan setelah masanya kita yang sekarang. Globalisasi membawa kita kepada krisis diri karena posmodernisme yang membumi membuat kita ter alihkan oleh tanggung jawab kita kepada masa depan. Apakah masa depan itu ada ? atau belum ada ? ya belum ada jelas berati tidak ada saat ini.


















[1] Ayat yang di maksud adalah surat Mazmur dari kitab suci perjanjuan lama, saya lupa tepatnya tapi intinya tentang “manusia diciptakan Allah sebagai citra Allah” sehingga manusia tidak layak disakiti karena juga bearti menyakiti citra Allah. Beberapa teman menjelaskan bahwa inilah ayat dari cikal bakal tentang HAM jauh sebelum Declaration of human right di deklarasikan tahun 1948

Comments

  1. Bukan kitab Mazmur tapi kitab kejadian bab 1 dan bab 2.. Sekian koreksi saya..

    ReplyDelete

Post a Comment