Konsep Keterasingan Manusia Karl Marx [1]


Manusia adalah makhluk kongkrit[2], yaitu orang-orang yang hidup pada zaman tertentu dan sebagai anggota masyarakat tertentu. Manusia ditentukan oleh keadaan masyarakat dimana mereka hidup. Maka manusia disebut makhluk sosial, karena ia hanya bisa hidup dan dapat bekerja dalam suatu tata masyarakat yang ia jumpai waktu lahir dan dibesarkan.[3]

Untuk dapat mempertahankan dan melangsungkan hidup, manusia harus bekerja mengubah alam dan menciptakan lembaga sosial, dan melalui lembaga sosial itu mereka sendiri dibentuk. Maka, manusia dan alam, manusia dan keadaan sosial harus dihubungkan satu dengan yang lainnya secara dialektis. Yang satu tidak dapat dilepaskan dari yang satu lainnya, harus terdapat suatu keseluruhan, dimana unsur-unsurnya tidak dapat berdiri sendiri dan terlepas satu sama lain, dan dalam hubungannya dengan keseluruhannya.

Untuk memenuhi kebutuhan hiduonya manusia harus bekerja mengubah alam, Maka pekerjaan adalah tanda bahwa manusia lain daripada binatang, ia makhluk yang bebas dan universal. Bebas karena ia berpikir , tidak langsung memberi reaksi terhadap obyek. Universal, bahwa manusia itu tidak terikat oleh lingkungan alamnya. Alam ditaklukan, dijadikan bahan pekerjaan dan untuk menaklukan alam atau mengubah alam diperlukan alat. Manusia mampu mencipta alat. Maka, pekerjaan dapat disebut tanda martabat manusia[4].

Dalam pekerjaan manusia dapat merealisasikan hidupnya, dan dalam pekerjaan itu pula manusia disebut makhluk sosial, karena hasil kerjanya untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain,itu berarti hasil kerjanya diakui oleh orang lain dan berarti pula ia manusia yang berguna. Dengan demikian seharusnya manusia harus puas dan senang dalam pekerjaannya, maka dapat disimpulkan bahwa pekerjaan itu merupakan jembatan emas antar manusia.
Dalam pekerjaan manusia mendapatkan hasil kerja. Hasil kerja itu diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya, berupa sejarah. Jadi sejarah adalah hasil pekerjaan manusia, yaitu akibat suatu kegiatan dari suatu deretan generasi ke generasi yang lainnya, saling sambung menyambung dan bahu membahu. Di samping itu pekerjaan memberi bentuk baru kepada alam sesuai dengan kebutuhan hidup manusia[5]

Seharusnya manusia harus puas dan senang dalam pekerjaan, karena ia dapat merealisasikan dirinya dan dapat bekerja sama dengan manusia lain.Tetapi dari zaman masyarakat kepemilikan budak sampai zaman masyarakat kapitalisme, pada kenyataannya manusia itu terasing dalam pekerjaannya, karena ia bersaing dengan manusia lainnya. Di samping itu pula keterasingan manusia dalam pekerjaan itu juga di akibatkan oleh uang, paksaan dan kepentingan manusia lain.

Uang sebagai tanda keterasingan manusia, karena uang sebagai perantara antara manusia dan kebutuhannya. Manusia yang bekerja tidak butuh hasil kerjanya berupa barang, tetapi ia butuh nilai tukarnya, yaitu uang. Kerja untuk memenuhi kebutuhan orang lain tidak menjadi penting lagi, yang diinginkan ialah uangnya. Dengan demikian karena manusia dipengaruhi oleh uang, ia tidak saling menghargai terhadap sesamanya tetapi saling mempergunakannya. Maka manusia hanya sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan manusia lainnya[6].

Paksaan sebagai tanda keterasingan manusia, karena manusia itu bekerja terpaksa, yaitu untuk menjamin nafkah hidupnya. Maka, ia terpaksa bekerja untuk kepentingan orang lain, hasilnya dimiliki oleh orang lain, maka ia menjadi terasing dari hasil kerja nya. Disamping itu ia juga terasing dari tindakannya, karena ia bekerja atas periintah orang lain, bukan oleh kemauan sendiri, dan juga terasing dari dirinya sendiri, karena ia bekerja untuk mencari nafkah, maka ia diperalat dirinya sendiri. Hal itu sangat jelas terlihat dalam system ekonomi kapitalisme[7].

Keterasingan dari orang lain karena kepentingan. Dalam pekerjaan pada system ekonomi kapitalisme, manusia yang bekerja itu terdiri dari dua kelas , yaitu kelas pemilik alat-alat produksi atau kaum kapitalis dan kelas buruh. Kedua kelas itu memiliki kepentingan yang saling berbeda, kaum kapitalis ingin mendapat laba yang banyak dan kaum buruh ingin upah yang layak.  Perbedaan kepentingan itu akhirnya melahirkan pertentangan kelas. Kelas pemilik alat-alat produksi dengan kepemilikannya dan kekuasaannya itu dapat membentuk system masyarakat. Kelas buruh yang merupakan mayoritas acuh atau asing terhadap masyarakat yang diciptakan oleh kaum kapitalis itu.  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterasingan manusia disebabkan oleh adanya system hak milik pribadi atas alat-alat produksi, system kerja upahan dan adanya perbedaan kepentingan.

Sistem hak milik itu yakni system hak milik atas alat-alat produsi oleh kelas kapitalis dan hak milik atas hasil kerja kelas buruh oleh kelas kapitalis. Kelas kapitalis disebut kelas penghisap atau penindas karena ia meramas hasil kerja buruh melalui system kerja upahan, dengan itu ia dpat berkuasa dalam bidang ekonomi dan ditindas hanya sebagai alat produksi yang tidak mempunyai kekuasaan ekonomi, social dan politik. Oleh sebab itu, kelas buruh hidup terasing, terasing dalam bidang ekonom, social dan bidang politik.

Proses perkembangan kelas kapitalis selanjutnya membuat kelas buruh lebih berat penderitaannya. Mereka bertambah miskin, sengsara, menderita dan jumlahnya makin bertambah banyak. Mereka sdar bahwa kelas kapitalis tidak akan bisa menolong dan mengubah nasibnya. Selama kapitalisme masih bercokol, mereka tetap akan menjadi budak atau hamba sahaya saja. Maka mereka ingin menjadi manusia yang bebas dari penghisapan dan penindasan, atau mereka ingin mengakhiri keterasingannya. Mereka harus membebaskan dirinya sendiri, yaitu dengan melawan kelas kapitalis dan menghancurkan system kapitalisme. Inilah oleh karl Marx disebut perjuangan kelas.

Pertentangan kelas dalam zaman kapitalisme antara kelas kapitalis dengan kelas buruh tidak dapat diselesaikan dengan jalan damai. Pertentangan tersebut bersifat antagonis , yakni pertentangan yang tidak dapat dikompromikan, karena kepentingan masing-masing pihak yang saling berlawanan, bertolak belakang. Kepentingan kelas kapitalis yang mempunyai kekuasaan ekonomi, social, dan politik tidak akan rela menyerahkan kekuasaan kepada kelas buruh. Dan kelas buruh juga tidak akan dapat mengubah nasibnya kecuali harus melawan kelas kapitalis dengan serentak, untuk merebut kekuasaan ekonomi, social dan politik. Itulah karl marx yang disebut revolusi, yakni revolusi kelas buruh terhadap kelas kapitalis[8].

Dengan demikian hanya melalui suatu revolusi politik, kelas buruh dapat dan menguasai Negara. Berarti kelas buruh dapat melepaskan diri dari penghisapan dan penindasan kelas kapitalis. Kelas kapitalis yang dikalahkan dalam suatu revolusi kelas buruh, tidak begitu saja lenyap dari masyarakat. Sisa-sisanya masih hidup dan masih bisa tumbuh dalam Negara diktator proletariat. Dengan demikian dalam Negara dictator proletariat, kelas masih ada dalam masyarakat. Kalau kelas masih ada dalam masyarakat, Negara pun harus tetap masih ada, demikian Marx menandaskan.

Negara akan lenyap bila kelas-kelas dalam masyarakat sudah tidak ada lagi. Masyarakat tanpa kelas itulah yang disebut oleh Karl Marx disebut masyarakat komunis, yaitu suatu system masyarakat dimana setiap orang bekerja menurut kemampuannya dan setiap orang memperoleh keperluan hidup menurut kebutuhannya[9].



[1] Artikel ini sepenuhnya di ambil dari buku “Karl Marx : Ekonomi Politik Dan Aksi-Revolusi” Dr. Darsono hal 26, dengan judul : “Pandangan Karl Marx”
[2] Pandangan yang persis sama dengan paham L. Feurbach
[3] Sehingga berlaku bahwa alam atau lingkunganlah yang membentuk ide serta prilaku manusia
[4] Bandingkan dengan pendapat Ali Syariati yang menyebutkan bahwa kebebasan manusia lah yang menjadikan manusia itu khalifah, karena kemampuan berpikirnya yang membuatnya berbeda dengan mahkluk Tuhan lainnya dengan semua konsekuensi logisnya
[5] Berbanding terbalik dengan sejarah yang di pahami Hegel
[6] Belakulah konsep homo homini lupus
[7] Bandingkan dengan konsep keterasingan manusia versi Nietsche : bahwa dengan beragama dan mengakui kekuasaan Tuhan manusia menjadi terasing sehingga harus menjadi ubermasch sebagai solusi atau J.P Satree : kebebasan manusia adalah membuat diri ku tidak bebas termasuk pandangan manusia lain. Konsep kebebasn manusia ini lah yang menjadi latar belakang demokrasi dan struktur Maxwell
[8] Konsep ini berbanding terbalik dari dialektika idealism Hegel yang ditangan Marx menjadi dialektika materialis : bukan ide yang berdialektika tapi materi karena materi lah yang esensi bukan ide
[9] Inilah ide Marx yang dianggap utis atau khayalan semata, dengan referensi perbedaan adalah fitrah kehidupan manusia, lihat QS Al Baqarah : 251

Comments