Tafsir Syahadat (Tiada tuhan selain Tuhan)


Bagaimana kalimat ini bisa bermula kemudian  bisa merubah seorang manusia bahkan suatu kaum sekaligus peradabannya ?
Apakah benar telah  “benar-benar”  tampak tanda-tanda (chifer)[1] kekuasaan Tuhan di muka bumi ?
Sayyid Qutb mengatakan bahwa , penyerahan total kepada Yang Maha adalah fitrah dan fitrah sekaligus metode[2]. Metode yang melatarbelakangi prilaku manusia yang merupakan cermin dari peradaban itu sendiri[3]. Sayyid Qutb juga menjelaskan bahwa itulah yang membebaskan manusia dari semua yang membelenggunya[4]. Jika demikian bagaimana metode ini bekerja ? metode yang saya menyebutnya bukan agama tetapi way of life (caranya hidup)[5]

Semua manusia pada prinsipnya adalah mempunyai kepercayaan, dengan demikian dengan mudahnya dapat dittarik kesimpulan bahwa atheism sekalipun adalah kepercayaan dan jelas bukan pengingkaran kepada kepercayaan itu sendiri. Kepercayaan manusia berbeda-beda karena perkembangan pengetahuannya yang berbeda-beda pula, tetapi karena kepercayaan ini lah mempengaruhi manusia dalam melaksanakan tata nilai dalam struktur masyarakat maka perlu di ketahui kepercayaan manakah yang paling benar ? kemudian menghasilkan keyakinan yang benar dan membawa kita kepada prilaku atau peradaban yang benar.

Kepercayaan yang benar mesti tunggal karena kebenaran itu sendiri adalah universal sifatnya, sehingga penyerahan kepada satu kebenaran ini lah yang membuat manusia terbebas dari belenggu-belenggu, Al Quran menyebutnya sebagai thagut.  Mengapa ? karena pengingkaran terhadap kepercayaan adalah kepercayaan itu sendiri , kemudian jika terjadi banyak kepercayaan bahkan bisa merusak manusia atau perdaban itu sendiri.

Prinsip yang kita kenal dengan tauhid itu kemudian ter “konsep” dalam kalimat penyerahan total yaitu kalimat syahadat , “tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusanNya” mengandung konsekuensi mutlak ketergantungan yang total kepada Allah ini, sehingga manusia terbebas dari segala macam yang mengganggunya karena Allah lah tempatnya bergantung.

Jika terjadi manusia menggantungkan dirinya dengan selain Allah SWT sebagai Tuhan yang sebenarnya maka sudah menyamakan hal tersebut dengan Allah itu sendiri , islam menyebutnya Syrik , prilakunya disebut musyrik, sesuatu yang sangat terlarang dalam konsep tauhid islam, karena berlawanan dengan kebenaran tunggal tersebut.
Menggantungkan diri kepada selain Allah berarti membuat tuhan-tuhan lain yang daripadanya kita percaya sekaligus khawatir kehilangannya, padahal hal itu tidak layak karena segala sesuatu akan berpulang kepadaNya. Bearti menyamakan yang lain sebagai tuhan-tuhan selayaknya Tuhan yang sebenarnya yaitu Allah SWT ini.
Khawatir kehilangan orang yang dicintai, kekurangan makanan, kehilangan pekerjaan , menggantungkan dirinya kepada orang lain , secara tidak sadar kita menjadikan semua itu sebagai sesembahan baru, tunduk kepada semua itu, tunduk kepada jabatan, uang , orang yang dicintai , rokok, makanan, prestasi dan lain sebagainya. Sehingga wajar jika Al Quran menyatakan bahwa hidup adalah ujian baik itu kebahagiaan ataupun kesedihan, dan kepasrahan mutlak yang sesungguhnya adalah kepada Allah SWT ini.




[1] Chifer atau tanda muncul dari istilah dari Karl Jasperz, filsuf jerman yang menjelaskan paham teologinya bahwa Allah tidak dapat di cerna oleh pemikiran manusia karena keterbatasannya padahal Allah sangat tidak terbatas. Jauh beberapa abad sebelum Jasperz dengan filsafat Chifer nya , Al Quran melalui Muhammad sudah menjelaskan hal yang kurang lebih sama. Bandingkan dengan paham nya Ludwig Feurbach yang justru menyatakan hal yang berlawanan, bahwa Allah yang tidak terbatas adalah justru hasil dari gagasan pemikiran manusia yang terbatas
[2] Sayyid Qutb dalam “Inilah Islam” menjelaskan bahwa islam adalah metode yang merupakan fitran manusia itu sendiri. Sehingga yang berlawanan dari agama atau metode ini secara otomatis menjadi keluar dari fitrahnya sebagai manusia
[3] Di HMI, kita mengenalnya dalam Nlai-nilai Dasar Perjuangan BAB 1 menjelaskan bahwa pengetahuan yang benar mengantarkan kepada keyakinan yang benar yang melatarbelakangi tata nilai. Maka oleh karena itu NDP HMI disebut sebagai ideologinya HMI, persis sama dengan konsep peradaban dan fitrah nya sayyid Qutb tersebut
[4] Lagi, hal yang sama juga tersirat dalam NDP HMI BAB 1 yang menyatakan peradaban yang bercampur dengan kebudayaan yang melembaga dalam masyarakat. Sehingga kepasraha total kepada Allah SWT memebuat kita terbebas dari kebudayaan yang membelenggu yang menjadi kebiasaan yang sukar dirubah
[5] Agama bagi saya hanyalah pembatasan sehingga terjadi frame-frame dalam struktur social masyarakat, ada agama islam, Kristen, buddha, hindu dll. Tapi jika way of life keluar dari frame seperti itu lebih menyangkut cara hidup, berkepribadian dan cara hidup di masyarakat. Banyak yang mengatakan prinsip inilah yang disebut pluralism, walaupun kemudian terdapat kontroversi sendiri terkait pluralisme

Comments