Tentang Tuntutan Para Buruh

Buruh identik dengan perlawanan. Setidaknya begitulah yang kita ketahui dari teori dialektika materialisme Karl Marx, bahwa kaum Borjuis sebagai pemilik modal akan selalu kontra dengan kaum pekerja (proletar), Marx menyebutnya "konflik yang tidak terdamaikan". Dari sini kemudian muncul teori tentang revolusi lengkap dengan teori yang mengikutinya yaitu aksi massa. Karena tidak terdamaikan, perlawanan buruh atau kita menyebutnya proletar selalu berujung fisik (walaupun dilapangan ada juga yang tidak), setidaknya itulah yang terjadi dilapangan.

Untuk apa buruh berjuang hari ini ? untuk menaikan gaji mereka tepatnya UMP menjadi 3, 7 juta perbulan. Angka yang mengejutkan bagi saya, karena terlalu besar nominalnya. Menurut mereka UMP yang selama ini diterapkan Rp.2. 441.000 kurang cukup untuk biaya hidup di Jakarta. Apakah benar begitu ? saya tidak terlalu tertarik membahasnya. saya justru melihat dari sudut pandang pengusaha, serta kepentingan ekonomi makro yang lebih besar yaitu kekuatan perekonomian bangsa ini.

Dari berita yang saya dapat, beberapa pengusaha asing yang berinvestasi di Indonesia berniat untuk menutup usahanya. nah jika ini terjadi justru jadi bumerang bagi buruh itu sendiri karena bukan kenaikan besar-besaran tapi sebaliknya PHK besar-besaran yang diterima oleh mereka. Bagaimana jika Indonesia kehilangan Investasi yang sedang kita butuhkan ? Akui saja jika kita memang membutuhkan investasi asing, sangat tergantung malah.

Seorang teman, menulis di akun twiternya jika pertumbuhan ekonomi bangsa ini meningkat, dari 4,3 % menjadi 7,1 %, well anggap saja itu benar, intinya pertumbuhan ekonomi kita meningkat yang kemudian di jadikan alasan untuk menaikan UMP para buruh tersebut. Tetapi para buruh juga harus melihat dari kacamata analisis ekonomi makro, bahwa ekonomi Indonesia tergantung dengan tingkat perkembangan perekonomian dunia (sebut saja USA yang sedang mengalami shut down economy). Situasi ekonomi Indonesia tidak seperti yang tampak digambarkan semudah kenaikan perekonomian nasional kemudian dijadikan alasan untuk meningkatkan gaji.

Ekonomi Amerika Serikat belum pulih benar, bahkan bisa jadi terpuruk lebih jauh (hal ini juga lemudian memantik beberapa kalangan menyebut ekonomi USA yang menopang atau di topang oleh perekonomian global sudah akan bangkrut, kemudian ekonomi syariah di jadikan solusi ) hal ini sangat jelas berefek terhadap perekonomian nasional.

Jika tuntutan buruh menaikan upah sebesar itu jelas memberatkan pengusaha dan memicu krisis yang lebih parah jika investasi keluar dari Indonesia. Demonstrasi besar-besaran sekarang juga bahkan sudah mengurangi tingkat kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia. Padahal pemerintah melalui menteri perdagangan sedang berusahan melobi investor asing untuk berinvestasi di Indonesia yang berimbas dengan perkembangan sektor riil ekonomi Indonesia kemudian bisa mengurangi pengangguran. Nah apa yang dilakukan oleh buruh saat ini adalah justru memancing efek domino negatif yang justru bagi saya berimbas menambah pengangguran.

Yang harus para buruh lakukan adalah merubah misi mereka dengan menggerakkan massa yang sedemikian banyak itu, dengan organisasi yang terstruktur untuk membangun kesadaran para buruh dengan lingkup yang lebih kecil kemudian berkembang ke arah yang lebih besar yaitu masyarakat umum untuk mengorganisasikan diri menuntut pertanggung jawaban  negara dalam hal ini Presiden serta aparatur ekonominya yang terang-terang gagal mencipatkan kesejahteraan ekonominya, karena bagi saya pengusaha juga korban dari kebijakan ekonomi pemerintah.

Pemerintah yang sibuk berkonfilk, aparatur yang korup, saling tuding, menaikan harga BBM (untuk hal ini konon katanya imbas dari perekonomian dunia), jelas pemerintah lebih mengakomodir kepentingan kapitalis asing yang malah menuju kebangkrutannya.

to be continue....

Comments