Iman ala Keirkegaard

Kita mendekati sesuatu dengan ketidakterbatasan penuh hasrat ketika bersedia melakukan apa saja agar memperoleh, menguasai, atau melekat pada sesuatu itu. Celakanya, kita seringkali mencampuradukan atau menyamaratakan segala sesuatu yang menjadi keprihatinan kita tanpa memperhatikan hakekat apa yang kita kejar atau hirarki "ada". keinginan untuk mencari kekayaan sebanyak mungkin, untuk menjadi terkenal dan bahkan untuk menjadi Yang Ilahi, semuanya dimaksudkan dalam kategori yang sama, seolah olah komitmen apapun yang ada dalamkategori itu sama saja. Akibatnya, bukan saja pasangan hidup dan anak-anak diabaikan demi pengejaran ambisi, melainkan juga Yang Ilahi digunakan untuk melindungi dan mangamankan jalan demi tercapainya ambisi tersebut. Disini Yang Ilahi dibelakukan sebagai realitas yang terbatas, praktis berfungsi sebagai yang tidak terbatas karena akan dikejar apapun resikonya.

Itulah yang disebut berhala (idol). Ketika orang tidak memberlakukan yang terbatas sebagai yang terbatas, melainkan melampauinya, ia telah melakukan penyembahan berhala dan tidak lagi menyembah Yang Ilahi sebagai Yang Tidak Terbatas, karena dalam kehidupannya sudah ada hal lain yang berfungsi sebagai Yang Tak Terbatas.

Maka yang penting untuk dilihat disini adalah relasi kita, baik dengan hal-hal yang terbatas maupun Yang Tidak Terbatas. Penyembahan berhala terjadi ketika terbentuk relasi yang keliru atau tidak pantas, yakni ketika kita memperlakukan sesuatu yang terbatas sebagai yang tidak terbatas. Ketika orang memeluk agama tertentu hanya demi kepentingan kepentingan pribadi atau sosialnya dan tidak berkorelasi dengan Yang Ilahi, ia sebetulnya menghina Yang Ilahi karena memperlakukanNya sebagai realitas terbatas melalui berbagai keuntungan yang diperoleh lewat pemelukan agama tersebut.

Untuk menghindari berhala berhala dalam hidup, orang harus memiliki relasi yang benar dan layak dengan Yang Tidak Terbatas, dan bukan sekedar memiliki kebenaran religius tertentu. Relasi yang benar ini terkandung dalam perlakuan yang benar terhadap Yang Tak Terbatas. Maka, menurut Keikegaard, seorang kafir yang berdoa dengan hasrat yang tidak terbats meskipun matanya bertumpu pada rupa sebuah berhala, memiliki relasi yangselaras dengan kebenaran atau lebih dalam kebenaran daripada seseorang yang tahu banyak mengenai agama tetapi memeluk kebenaran ini tanpa perasaan mendalam.


Comments